Langsung ke konten utama

Postingan

Tolok Ukur Kebenaran

Apa dasarnya suatu keyakinan dikatakan benar, atau salah? Di dalam kehidupan sehari-hari, sering kali suatu keyakinan dianggap benar karena keyakinan tersebut telah diterima sejak dahulu.  Karena apa yang kita yakini sama dengan apa yang diyakini oleh orang tua kita maupun oleh generasi-generasi sebelumnya, lantas kita menganggap keyakinan tersebut benar.  Istilahnya, “Dari dulu juga begitu ….” Menganggap suatu keyakinan sebagai kebenaran hanya karena keyakinan itu telah diterima sejak dahulu, adalah cara pandang yang salah.  Tidak selamanya apa yang telah mengakar dan dijalankan dari generasi ke generasi itu benar.  Kebenaran mestilah didasarkan pada suatu ukuran yang dapat dipertanggungjawabkan. Quran bercerita tentang orang-orang yang menganut cara pandang yang salah ini.  Mereka menolak untuk mengikuti apa yang diturunkan Allah, dan memilih untuk mengikuti apa yang sudah diyakini oleh generasi-generasi terdahulu. “Dan apabila dikatakan kepada mereka, ’Ikutilah apa yang Allah turunk

Ke(tidak)benaran Hadis

Makna Hadis Istilah hadis disebut pada banyak ayat di dalam Quran. Kata hadis dapat diterjemahkan sebagai perkataan/pembicaraan/cerita. Untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik mengenai sebuah istilah yang sangat sering disebut di dalam pembahasan agama Islam ini, marilah kita cermati kutipan beberapa ayat Quran yang memuat kata hadis berikut ini: “Dan sungguh Dia telah menurunkan atas kalian di dalam kitab itu bahwa apabila kalian mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olok, maka janganlah kalian duduk bersama mereka sampai mereka memasuki hadis yang lain ....” (Quran 4:140) “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah-rumah Nabi, kecuali diizinkan kepada kalian untuk makan tanpa menanti-nanti waktunya. Tetapi jika kalian dipanggil maka masuklah, kemudian apabila kalian telah makan bertebaranlah dan jangan berpanjang dalam hadis ....” (Quran 33:53) “Dan sudahkah sampai kepadamu hadis (tentang) Musa?” (Quran 20:9) “Sudahkah sampai kepadamu hadis (

Siapa Sebenarnya yang Sesat?

Alasan mengapa suatu golongan dikategorikan “sesat” sering kali tidak didasarkan pada landasan argumentasi yang memuaskan.  Bisa saja suatu golongan dicap sesat hanya karena pandangan mereka “berbeda” dari anutan mayoritas.  Dalam hal ini yang berbicara sudah bukan lagi nalar dan dalil, melainkan prasangka dan asumsi belaka. Pada zaman dahulu, Nabi Nuh telah dicap sesat oleh pemuka-pemuka kaumnya ketika beliau menyampaikan pesan-pesan Allah.  Pada masa sekarang kejadiannya tetap sama.  Seorang rasul yang menyampaikan ayat-ayat Allah dipastikan mendapat label “sesat” dari masyarakat. “Berkata pemuka-pemuka dari kaumnya, ‘Sesungguhnya kami melihat kamu dalam kesesatan yang nyata.’  Berkata (Nuh), ‘Wahai kaumku, tidaklah aku dalam kesesatan, tetapi aku (adalah) utusan dari Tuan seluruh alam.  Aku menyampaikan kepada kalian pesan-pesan Tuanku, dan aku menasihati kalian, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kalian ketahui.’” (Quran 7:60-62) Di akhirat nanti, mereka yang melontarkan

Quran Tidak Butuh Pelengkap

Sumber Petunjuk  Quran sebagai sebuah kitab yang diturunkan oleh Allah--Tuan seluruh alam--berfungsi sebagai petunjuk bagi orang-orang yang mengharapkan keridaan-Nya. “Dengannya (kitab itu) Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan mereka kepada jalan yang lurus.” (Quran 5:16) Jelas dan Menjelaskan  Semua perintah, larangan, dan ketetapan yang diturunkan Allah untuk manusia telah tertulis dengan jelas di dalam Quran. “Alif Lam Ra.  Inilah ayat-ayat kitab yang jelas.” (Quran 12:1) Bukan hanya jelas, tapi Quran pun bersifat menjelaskan ( mubayyin ). "Dan sungguh, Kami telah menurunkan kepada kalian ayat-ayat yang memberi penjelasan ..." (Quran 24:34) (keterangan serupa terdapat di dalam surah 24:46 dan 65:11) Oleh karenanya, penjelasan atas suatu perintah/ larangan/ ketetapan Allah terdapat di dalam Quran itu sendiri. "Bulan Ramadan yang di dala

Islam Tak Bermazhab

“Dan sesungguhnya inilah umat kalian umat yang satu, dan Aku Tuan kalian, maka takutlah kepada-Ku.’  Kemudian mereka memecah urusan mereka di antara mereka menjadi golongan-golongan.  Tiap golongan (mazhab) merasa gembira dengan apa yang ada pada mereka.  Maka tinggalkanlah mereka dalam kebodohan mereka sampai suatu waktu.” (Quran 23:52—54) Sejak lama umat Islam didapati terpecah ke dalam banyak golongan/mazhab.  Penggolongan yang paling besar adalah antara suni di satu pihak dan syiah di lain pihak.  Suni memegang sebuah hadis yang mengatakan bahwa hanya golongannya yang akan selamat di akhirat kelak.  Syiah pun memiliki doktrin yang memaparkan keutamaan imam mereka dan para pengikutnya. Suni yang merupakan golongan terbesar dari umat Islam dunia terpisah-pisah ke dalam empat mazhab utama, yaitu: Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.  Empat mazhab tersebut masing-masing menelurkan lagi cabang-cabang golongan yang tidak terkira jumlahnya.  Syiah pun terpecah ke dalam beberapa mazhab, ya

Rasul Setelah Nabi Muhammad

Kata Bermakna Umum dan Bermakna Khusus  Terdapat kemiripan uraian terkait nabi dan rasul di dalam ayat-ayat Quran. Untuk dapat memahami dengan baik perbedaan antara keduanya, kita perlu mengetahui lebih dulu mana yang bersifat lebih umum dan mana yang sifatnya lebih khusus di antara nabi dan rasul. Selama ini kita mendapat pemahaman yang keliru tentang perbedaan antara nabi dan rasul.  Kita diajarkan bahwa rasul itu sudah pasti nabi, tapi nabi belum tentu rasul.  Dan karena tidak akan ada lagi nabi setelah nabi Muhammad, maka otomatis tidak akan ada lagi rasul. Pemahaman tersebut menganggap bahwa nabi sifatnya lebih umum, sedangkan rasul lebih khusus. Dari pola penyebutannya di dalam Quran, sebenarnya kita bisa melihat mana yang umum dan mana yang khusus di antara nabi dan rasul. Terdapat beberapa contoh penyebutan kata berpola umum-khusus di dalam Quran. Pada surah 19:41 dan 19:56 ada ungkapan " shiddiqan nabiyyan " (orang benar yang nabi). Disebut seperti itu karena tidak s

Rasul Palsu Atau Asli?

Pentingnya Mengimani Rasul Beriman kepada para rasul adalah salah satu pilar iman.  Kita tidak akan masuk surga kalau iman kita belum benar. Dan iman kita belum dianggap benar kalau kita belum beriman kepada rasul. Ada orang yang coba-coba memilah keimanan dengan mengatakan bahwa mereka beriman kepada Allah namun tidak beriman kepada rasul.  Allah katakan bahwa mereka inilah orang kafir yang sebenar-benarnya.  "Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, ‘Kami beriman kepada sebagian dan kami mengingkari sebagian,’ serta bermaksud mengambil jalan (tengah) di antara itu, mereka itulah orang-orang kafir yang sebenar-benarnya. Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan." (Quran 4:150-151) Yang akan memperoleh ganjaran yang baik dari Allah adalah orang-orang yang beriman kepada semua rasul tanpa membeda-bedakan mereka.  Jadi tida

Tragedi Kaum-Kaum yang Mendustakan Rasul

Kaum Nabi Nuh Rasulullah Nuh telah diutus kepada kaumnya untuk memperingatkan mereka supaya menghamba dan bertakwa kepada Allah, serta menaati Nuh selaku rasul. Pembesar-pembesar kaumnya mengingkari seruan Nuh dan berkata bahwa Nuh adalah orang yang sesat.  Kaumnya yang ingkar menyombongkan diri dengan berkata bahwa Nuh itu hanya diikuti oleh orang-orang yang hina.  Mereka mengancam akan melempari Nuh apabila tidak menghentikan dakwahnya. Allah kemudian memerintahkan Nuh untuk membangun sebuah kapal.  Pembesar kaumnya mengejek Nuh setiap kali mereka melewati Nuh yang sedang membangun kapal.  Nuh yang telah mengetahui dari Allah tentang rencana penenggelaman kaumnya menjawab ejekan mereka dengan berkata bahwa nanti giliran merekalah yang akan diejek. Pada waktu yang telah ditetapkan Allah, hujan turun tak henti-henti dan mata air meluap-luap.  Nuh segera memerintahkan pengikutnya untuk naik bersama keluarga mereka ke atas kapal.  Mereka berlayar dengan selamat di atas gelombang besar se

Hari yang Dijanjikan

Hari demi hari di dalam kehidupan dunia ini sesungguhnya menuju kepada sebuah hari agung yang telah dijanjikan Allah. Hari dimaksud memiliki banyak sebutan di dalam Quran, di antaranya: hari Akhir, hari Berbangkit, hari Berkumpul, hari Penyesalan, hari Perhitungan, hari Pembalasan, dan hari Yang Kekal. Berbagai macam sebutan tersebut cukup menggambarkan sifat dan keadaan hari yang dijanjikan Allah, serta urusan apa-apa saja yang akan dilaksanakan pada waktu itu. Hari agung tersebut didahului oleh peristiwa kehancuran alam semesta.  Momen kehancuran yang berlangsung singkat ini Allah sebut dengan istilah "jam" ( assaa'ah ). Quran menceritakan bahwa dalam peristiwa itu langit pecah, matahari digulung, dan terjadi gerhana.  Manusia terpana, merasa heran akan apa yang sedang terjadi. Bumi berguncang hebat, mengeluarkan segala apa yang dikandungnya dan membuat kubur-kubur terbongkar.  Gunung-gunung hancur berhamburan, permukaan bumi menjadi rata tanpa ada dataran yang tinggi a