Langsung ke konten utama

Rasul Palsu Atau Asli?

Pentingnya Mengimani Rasul

Beriman kepada para rasul adalah salah satu pilar iman.  Kita tidak akan masuk surga kalau iman kita belum benar. Dan iman kita belum dianggap benar kalau kita belum beriman kepada rasul.

Ada orang yang coba-coba memilah keimanan dengan mengatakan bahwa mereka beriman kepada Allah namun tidak beriman kepada rasul.  Allah katakan bahwa mereka inilah orang kafir yang sebenar-benarnya. 

"Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, ‘Kami beriman kepada sebagian dan kami mengingkari sebagian,’ serta bermaksud mengambil jalan (tengah) di antara itu, mereka itulah orang-orang kafir yang sebenar-benarnya. Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan." (Quran 4:150-151)

Yang akan memperoleh ganjaran yang baik dari Allah adalah orang-orang yang beriman kepada semua rasul tanpa membeda-bedakan mereka.  Jadi tidak pula boleh misalnya kita mengimani rasul hanya sampai Nabi Muhammad, dan ingkar kepada rasul yang setelahnya.

"Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka (para rasul), mereka itulah yang kelak Dia akan memberikan imbalan mereka. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (Quran 4:152)

Perkara iman kepada rasul bukanlah sesuatu yang boleh kita anggap remeh, karena hal ini menyangkut nasib kita di akhirat kelak. Mari kita tanamkan dalam hati untuk sungguh-sungguh akan beriman kepada siapa pun yang diutus Allah menjadi rasul-Nya.

Menilai Kebenaran Rasul

Bagaimana cara menilai kebenaran kerasulan seseorang?

Seorang rasul dinilai bukan dari mukjizatnya.  Penurunan mukjizat adalah sepenuhnya kewenangan Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Nabi Muhammad pun bisa dikatakan tidak memiliki suatu mukjizat dalam pengertian fenomena luar biasa yang melampaui akal manusia seperti yang ada pada Nabi Musa dan Nabi Isa.  Itulah mengapa kaum Nabi Muhammad mempertanyakannya.

“Dan berkata orang-orang yang ingkar, ‘Mengapa tidak diturunkan atasnya (Muhammad) suatu tanda (mukjizat) dari Tuannya? ...” (Quran 13:7)

Seorang rasul dinilai dari keterangan/penjelasan (bayyinaat) yang disampaikannya.

“Dan sungguh Kami telah membinasakan generasi-generasi sebelum kalian ketika mereka berbuat zalim, dan rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan keterangan-keterangan, tetapi mereka tidak mau percaya.  Demikianlah Kami membalas kaum yang berdosa.” (Quran 10:13)

Keterangan serupa dapat kita temukan di surah 5:32, 7:101, 9:70, 10:74, 14:9, 30:47, 40:22, 40:34, 40:50, 40:83, 61:6, dan 64:6.

Pada masa lalu pun, ketika para pengikut rasulullah Saleh ditanya oleh orang-orang kafir mengenai pengetahuan mereka akan kerasulan Saleh, mereka menjawab bahwa dasar penilaian mereka adalah pada ajaran yang dibawanya.

"Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri dari kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, yaitu orang-orang yang telah beriman, 'Apakah kalian tahu bahwa Saleh itu utusan dari Tuannya?' Mereka berkata, 'Sesungguhnya kami percaya kepada apa yang dia diutus untuk menyampaikannya.'" (Quran 7:75)

Maka pelajarilah penjelasan-penjelasan dari orang yang mengaku rasul tersebut, kemudian renungkanlah, yang dia ajarkan kesesatan atau kebenaran?  Yang dia sampaikan menyimpang dari kitabullah atau justru meluruskan hal-hal yang selama ini menyimpang?  Pernyataan-pernyataannya didukung dalil yang meyakinkan atau tidak?  Dari situ kita dapat menyimpulkan apakah dia layak dipercaya atau tidak.